KERAJAAN-KERAJAAN PITU BA’BANA BINANGA
A. WILAYAH PEMERINTAHAN KERAJAAN BALANIPA
Wilayah pemerintahan Kerajaan Balanipa terbagi atas 2 (dua) bagian yaitu:
1. Wilayah Asal (Kern Land) Terdiri Atas Empat Banua Kaiyang Yaitu:
a. Banua Kaiyang Napo. Dikepali oleh Pappuangan Napo Saleko dan wakilnya
bergelar Pappuangan Napo Buyung, Pappuangan Napo dibantu oleh Pa’ambi
Tomabuweng dan Pa’ambi Anak Pattola, Tomabuwng, Aruang dan Annangguru
Kaiyang (Imam). Anak Banua (desa), Banua Kaiyang Napo terdiri dari:
Renggeang yang di kepalai Pappuangan dibantu oleh Tomabuwng, balanipa
dikepalai oleh pappuangan dibantu tomabuwng dan lemosusu dikepalai
pappuangan dan dibantu oleh tomabuweng.
b. Banua Kaiyang Samasundu. Dikepalai oleh pappuangan samasundu pangale,
wakilnya adalah pappuangan samasundu camba. Pappuangan samasundu
dibantu oleh tomabuweng, punggawa dan annangguru kaiyang (imam). Ana’
banua (desa), banua kaiyang samsundu terdiri dari: lembang-lembang yang
dikepalai oleh maradia tomabubeng, salarri dikepalai oleh maradia
salarri, jemarang dikepalai oleh pappuangan dibantu oleh tomabuweng,
maradia jemarang.
c. Banua Kaiyang Mosso mempunyai Maradia (hanya symbol), sedangkan
urusan kedalam wilayah banua kaiyang sendiri pemerintahan dijalankan
oleh pappuangan mosso dan dibantu oleh tomabuwng, annangguru joa dan
imam. Anak banua (desa) terdiri dari: - pambusuang (maradia, pappuangan,
tomabubeng), lombok (matadia, pappuangan, tomabuweng), batu
(pappuangan, tomabuweng).
d. Banua Kaiyang Todang-Todang. Mempunyai urusan kedalam Banua Kaiyang
itu sendiri, sedangkan pemerintahan dijalankan oleh Pappuangan
Todang-Todang dibantu oleh Tomabuweng, Annangguru Joa dan Imam. Ana’
banua (desa) terdiri dari:
- Batu Laya (Maradia, Pappuangan, Tomabuweng)
- Timbo yang dipegang/diurusi Pappuangan yang dibantu oleh Tomabuweng.
- Pendulangan dipegang/diurusi oleh Maradia dan Pappuangan yang dibantu oleh Tomabuweng.
Anak Banua Kaiyang tersebut diatas bersama-sama dinamai Appe Banua
Kaiyang yang mempunyai hak istimewa sebagai Wakil Rakyat karena
merekalah yang membentuk Kerajaan Balanipa.
Disamping Banua Kaiyang anak banua masing-masing, ada juga banua-banua
yang tidak termasuk appe’ banua kaiyang. Banua-banua tersebut: dikepalai
oleh salah seorang anggota Hadat Balanipa adalah sbb:
- Limboro dikepalai oleh Pappuangan Limboro yang dibantu oleh Tomabuweng.
- Tammangalle dikepalai oleh Pappuangan Biring Lembang dibantu oleh Tomabubeng.
- Tangnga-Tangnga dikepalai oleh Pappuangn Koyong dibantu oleh Tomabubeng.
- Lambe dikepalai oleh Pappuangan Luyo dibantu oleh Tomabuweng.
- Karama dikepalai oleh Pappuangan Lakka dibantu oleh Tomabuweng.
- Tenggelang dikepalai oleh Pappuangan Tenggelan dibantu oleh Tomabuweng.
- Luyo dikepalai oleh Pappuangan Luyo dibantu oleh Tomabuweng.
PERKAMPUNGAN
Perkampungan Khusus Terdiri Dari:
1. Tandung, berdiri sendiri dikepalai oleh Pappuangan Tandung dibantu Tomabubeng langsung kepada Hadat Balanipa.
2. Alle-alle perkampungan bagi petugas gendang kerajaan (lette ganrang)
3. Tandasura langsung dikendali oleh maradia balanipa
4. Pallis dikepalai maradia pallis dibantu oleh pappuangan dan tomabubweng.
5. Perkampungan-perkampungan untuk para tukang-tukang kerajaan (sakka manarang)
6. Kompleks Parrommo terdiri dari: puttapi, pussui, sambali, peburru, pattemarang, salunase dan sattoko.
WILAYAH-WILAYAH DILUAR WILAYAH ASLI/ASAL
Wilayah-wilayah diluar wilayah asli/asal kerajaan balanipa ialah
kerajaan lain yang karena persahabatannya dengan kerajaan balanipa,
sehingga menjadi wilayah kerajaan balanipa. Adapun kerajaan yang
dimaksud adalah sbb:
1. KERAJAAN ALLU
a. Talogo dan pussu’ yang dipimpin oleh maradia dan pappuangan
b. Kalumammang dipimpin oleh pappuangan
c. Pao dipimpin oleh maradia dan pappuangan
d. Petoosang, sajoang, ba’ba mombi, malimbung, tu’bu dipimpin oleh pappuangan.
Kerajaan allu yang dahulunya berdiri sendiri dan termasuk “bocco tallu”
(tiga bersahabat) yaitu: sendana, allu, dan taramanu, tetapi tidak
menjadi ba’ba binanga dan mempunyai persekutuan tersendiri dengan
kerajaan balanipa.
2. KERAJAAN TARAMANU
Kerajaan taramanu sama dengan kerajaan allu yaitu anggota bocco tallu
(sendana, allu, taramanu) tidak menjadi ba’ba binanga dan mempunyai
perjanjian tersendiri dengan kerajaan balanipa. Kerajaan taramanu
diperintah oleh maradia taramanu dengan hadat pa’bicara taramanu dan
pa’bicara kaiyang dan wilayah terdiri dari tapparang (pappuangan),
tibung (pappuangan), ratte (pappuangan) kata (pappuangan) dan bulo-bulo
(pappuangan).
3. KERAJAAN TU’BI
Kerajaan tu’bi adalah bukan anggota bocco tallu, tetapi mempunyai
persahabatan tersendiri dengan kerajaan balanipa, kerajaan tu’bi
diperintah oleh maradia tu’bi dan dibantu oleh baligau, dan wilayahnya
terdiri dari: pappenga, bunu bohong batu, manuna, patandangan (maradia)
parisn, talaloi, talaso, dan alariba.
4. KERAJAAN-KERAJAAN “TALLUMBANUA”
Dinamai bate dari balanipa yang membantu kerajaan balanipa jika pergi
berperang dan mempertunjukkan “pattu’du” (penari pangandarang) pada
acara-acara kerajaan balanipa. Yang dimaksud kerajaan “tallumbanua”
adalah sbb:
a. Tomadio atau campalagian, diperintah oleh arruang (maradia) dengan
hadatnya: punggawa, pappuangan, pa’bicara, sobotana, sobouwai, dan
annangguru joa.
b. Mapilli, diperintah oleh aruang (maradia) dengan hadat 5 orang, pappuangan dan i punggawa dan i so’bo
c. Nepo/tapango, diperintah oleh aruang (maradia) dengan hadat:
pa’bicara nepo, so’bo uwai, pappuangan, pa’bicara, aruang dan so’bo
tana.
d. Palli arruwa (delapan wilayah)
APPE DIBUTTU (EMPAT DI PEGUNUNGAN):
1. Saburra (Arruang)
2. Daala (Maradia)
3. Lenggo (Maradia)
4. Batu (Aruang)
APPE DILAPPAR (EMPAT DATARAN RENDAH)
1. Rea (Tomakaka)
2. Bungi (Tomakaka)
3. Paku (Tomakaka)
4. Tabone (Tomakaka)
Palili arruawa mengadakan perjanjian persahabatan dengan balanipa dan
menjadi wilayah kerajaan balanipa setelah hancurnya kerajaan
passokkorang dan dikoordinasikan oleh pappuangan limboro dan pappuangan
biring lembang.
Lima banua (lima wilayah)
1. Poda-Poda (Maradia)
2. Luluanna (Maradia)
3. Buluewengi (Maradia Matoa, Pa’bicara, Tomabuweng)
4. Limboro (Pappuangan, Tomabuweng)
Menjadi wilayah kerajaan balanipa setelah hancurnya passokkorang,
dikoordinasikan oleh pappuangan limboro dan pappuangan biring lembang.
KERAJAAN BALANIPA PADA ZAMAN PENJAJAHAN BELANDA
Pada masa penjajahan belanda (gubenemen hindia belanda) kerajaan
balanipa mendapat hak pemerintahan sendiri dengan hak otonomi sama
seperti dengan kerajaan lainnya di mandar dan sulawesi, namun tetap
berada dibawah pengawasan pemerintahan gubernemen yang diwakili oleh
aparaturnya didaerah-daerah yaitu asisten resident pada tingkat afdeling
dan controleur pada tingkat onder afdeling.
Pada tahun 1906, terjadi perubahan susunan pemerintahan kerajaan balanipa sbb:
1. Maradia balanipa tetap sebagai kepala pemerintahan (zelfbestuurder)
2. Maradia matoa terakhir diduduki oleh pammase pallabuang (putera raja
balanipa to kape, ayah dari h. A. Baso maradia balanipa). Dimana sejak
tahun 1907 sampai dengan 1937 jabatan maradia matoa tidak di adakan
lagi. Nanti pada tahun 1937 jabatan maradia matoa itu diadakan kembali,
dengan diangkatnya abdul madjid (putera raja balanipa ila’djoe tomatindi
di djudda) menjadi maradia matoa merangkap jabatan sebagai
maradia/kepala distrik campalagian.
3. Pa’bicara kaiyang, pa’bicara kenje, pappauangan kenje, pappuangan
limboro, pappuangan biring lembang dan pappuangan tenggelang tetap
menjadi anggota hadat balanipa. Didalam pemerintahan kerajaan balanipa
masing-masing merangkap sebagai kepala distrik.
4. Papuangan-papuangan: koyang, lakka, rui dan luyo masing-masing dihapus, dan
5. Jabatan maradia malolo dan semua bawahannya juga di hapus karena
kepala kerajaan local zelfbestuur tidak diberi lagi hak untuk urusan
angkatan perang.
Bila dilihat dari kenyataan tersebut diatas, mungkin karena pemerintah
gibernemen kuwatir dan sekaligus menghindari selalu timbul pemberontakan
terhadap kekuasaan pemerintahan penjajahan sebagaimana yang terjadi
pada tahun 1906 dimana calo ammana iwewang maradia malolo balanipa
ditangkap oleh pemerintah belanda dan diasingkan ketanjung bandang pulau
belitung tahun 1908 dan baru dapat kembali kemandar 1943.
1. PEMBAGIAN WILAYAH PEMERINTAHAN KEDALAM DISTRIK
WILAYAH KERAJAAN BALANIPA MULA-MULA DIBAGI ATAS 27 DISTRIK SBB:
1. DISTRIK BATU LAYA (ANA’ BANUA DARI BANUA KAIYANG TODANG-TODANG)
2. DISTRIK LOMBOK (ANAK BANUA DARI BANUA KAIYANG MOSSO)
3. DISTRIK GALUNG (DARI PERKAMPUNGAN-PERKAMPUNGAN KHUSUS)
4. DISTRIK PAMBUSUANG (ANAK BANUA DARI BANUA KAIYANG MOSSO)
5. DISTRIK TAMMANGALLE (BANUA TEMPAT PAPPUANGAN BIRING LEMBANG)
6. DISTRIK TANGNGA (BANUA DIBAWAH PAPPUANGAN KOYANG)
7. DISTRIK KARAMA (BANUA DIBAWA PAPPUANGAN LAKKA)
8. DISTRIK NAPO (BANUA KAIYANG)
9. DISTRIK SAMASUNDU (BANUA KAIYANG)
10. DISTRIK MOSSO (BANUA KAIYANG)
11. DISTRIK TODANG-TODANG (BANUA KAIYANG)
12. DISTRIK PUSSUI (DARI PARROMMO)
13. DISTRIK CAMPALAGIAN (KERAJAAN CAMPALAGIAN)
14. DISTRIK ALLU (KERAJAAN ALLU) 15. DISTRIK TANDASURA (KHUSUS)
16. DISTRIK MAPILLI (KERAJAAN MAPILLI)
17. DISTRIK PA’LA (DARI PALILIARUA)
18. DISTRIK SABURA (DARI PALILIARUA)
19. DISTRIK BULO
20. DISTRIK TAPANGO (DARI KERAJAAN TAPANGO NEPO)
21. DISTRIK NEPO (DARI KERAJAAN TAPANGO NEPO)
22. DISTRIK BATU (DARI PALILI ARUA)
23. DISTRIK TARAMANU (DARI KERAJAAN TARAMANU)
24. DISTRIK BULUBENGI (DARI LIMAMBANUA)
25. DISTRIK TUBBI (KERAJAAN TUBBI)
26. DISTRIK POLEWALI (DARI LIMAMBANU)
27. DISTRIK LENGGO (DARI PALILI ARUA)
Pembagian 27 Distrik Ini Tidak Lama Berlangsung, Berhubung Pemerintah
Belanda Menganggap Kurang Strategis Untuk Pencapaian Tujuan Penjajahan,
Sehingga Pada Tahun 1911 Jumlah Distrik Di Peciut/Dikurangi Menjadi 11
(Sebelas) Distrik.
Adapun Kesebelas Distrik Tersebut Adalah Sbb:
1. Distrik Batulaya (Penggabungan Distrik Lama Batulaya Dengan Distrik
Lombo’) Dikepalai Oleh Pa’bicara Kaiyang (Anggota Hadat Balanipa).
2. Distrik Pambusuang (Penggabungan Distrik Lama Pambusuang,
Tammangalle, Tangnga-Tangnga, Dan Karama Dikepalai Oleh Pappuangan
Biring Lembang (Anggota Hadat Balanipa).
3. Distrik Galung-Galung (Dari Kampong Khusus) Dikepalai Oleh Pa’bicara Kenje Anggota Hadat Balanipa.
4. Distrik Napo (Penggabungan Distrik Lama Napo Dan Samsundu Dikepalai Oleh Pappuangan Limboro (Anggota Hadat Balanipa)
5. Distrik Mosso (Penggabungan Distrik Lama Mosso, Toda-Todang Dan
Pussui Dikepalai Oleh Pappuangan Tenggelang Anggota Hadat Balanipa.
6. Distrik Campalagian (Tetap Nama Semula) Dikepalai Oleh Maradia
Campalagian, Dimana Waktu Itu Masih Semata-Mata Kepala Distrik, Belum
Merangkap Maradia Matoa Balanipa.
7. Distrik Allu (Penggabungan Distrik Lama Allu Dan Tandasura Dikepalai Oleh Naradia Allu.
8. Distrik Mapilli (Penggabungan Distrik Lama Mapilli, Da’ala, Saburra Dan Bulo Dkepalai Oleh Maradia Mapilli.
9. Distrik Tapango (Penggabungan Distrik Lama Tapango, Nepo Dan Batu) Dikepalai Oleh Maradia Tapango.
10. Distrik Taramanuk (Penggabungan Distrik Lama Taramanuk Dan Bulubengi
11. Distrik Tu’bi (Penggabungan Distrik Lama Tu’bi, Polewali Dan Lenggo Di Kepalai Oleh Maradia Tu’bi
Catatan:
Pada Tahun 1937 Pada Periode Pemerintahan Andi Baso Maradia Balanipa,
Dimasukkan Tranmigrasi Dari Pulau Jawa, Mereka Ditempatkan Diwilayah
Mapilli Dan Sebagaiannya Diwilayah Distrik Tapango.
Kedua Daerah Yang Ditempati Transmigtasi Tersebut Digabungkan Menjadi
Satu Distrik Yang Baru Dan Di Kepalai Oleh Seorang Asisten Wedana Yangb
Bernama R. Soeparman (Berasal Dari Jawa)
Dengan Terbentuknya Sebelas Distrik Tersebut Oleh Ulah Pemerintah
Belanda, Maka Jabatan-Jabatan Adat Sebagai Pemerintah Otonomi
Diwilayah-Wilayah Appe’ Banua Kaiyang, Banua-Banua Dan Banua Baik
Diwilayah Kerlan(Wilayah Asal) Maupun Diluarnya, Tidak Diakui Lagi Oleh
Pemerintah Belanda, Semuanya Digantikan Dengan Pengangkatan Kepala
Kampong Yang Dipilih Oleh Rakyat, Bahkan Ditiap-Tiap Wilayah Banua
Kaiyang Dibagi Menjadi Beberapa Kampong-Kampung Yang Diperintah Oleh
Kepala Kampong. Dengan Perubahan-Perubahan Tersebut Diatas, Maka
Diseluruh Wilayah Kerajaan Balanipa Menyangkut Jabatan Terjadi
Perubahan Pula Yang Bermacam-Macam, Dimana Kepala Kampong Yang Statusnya
Disamping Sebagai Kepala Wilayah, Bagian Administrative Dibawah Kepala
Distrik, Juga Merangkap Jabatan Hadat Yang Juga Berfungsi Untuk
Urusan-Urusan Adat Setempat, Ada Pula Yang Memisahkan Jabatan Kepala
Kampong Dan Jabatan Adat Diwilayah Yang Sama Dan Ada Pula Yang Sama
Sekali Tidak Memakai Lagi Jabatan Adatnya.
Pada Realitasnya Pappuangan Dari Appe’ Banua Kaiyang Keberadaannya Tidak
Lagi Diakui Oleh Pemerintah Penjajah (Belanda), Tetapi Dalam
Masyarakat, Utamanya Dalam Pemilihan Maradia Balanipa Dan Pappuangan
Limboro Begitupun Pada Pelantikannya Ternyata Masih Sangat Berpengaruh
Dan Tidak Dapat Ditinggalkan Begitu Saja. Sehingga Pappauangan Yang
Memang Sudah Ada Dibiarkan Terus Menjalankan Fungsinya Khusus Pada
Bidang Urusan Hadat, Antara Lain Yang Menyangkut Pemilihan Dan
Pelantikan Maradia Balanipa Dan Pappuangan Limboro Yang Baru.
Pelaksanaan Pemerintahan Swapraja Ala Pemerintahan Belanda Berlangsung
Sampai Pada Tahun 1959 Dengan Lahirnya Uu No.29tahun 1959 Tentang
Pembentukan Pemerintahan Daerah Di Sulawesi Dan Saat Itu Pula System
Pemerintahan Swpraja Di Indonesia, Maka Berakhirlah System Pemerintahan
Kerajaan Balanipa Yang Para Pejabat Pemerintahannya Disyaratkan Turun
Temurun Dari Nenek Moyang Itu.
B. KERAJAAN SENDANA
Salah Satu Kerajaan Didaerah Mandar Tergabung Dalam Persekutuan Pitu
Babana Binanga Dengan Status Sebagai Ibu. Sendana Ditemukan Oleh Daeng
Tumana Tomakaka Tabulahan (Dari Pitu Ulunna Salu). Adik Kandung Daeng
Tumana Bernama Daengpalulung Yang Memperistrikan Tomesaraung Bulawang
Putrid Raja Bone Dating Bermukim Di Saqdawang. Daeng Palulung Dan
Tomesaraung Bulawang Dalah Raja Dan Permaisuri Paertama Kerajaan Sendana
(Pendapat A.M. Mandra).
Penamaan Sendana Berasal Dari Kata Sendana , Dimana Pada Waktu Itu
Tomesaraung Bulawang Mempunyai Tongkat Dari Kayu Cendana Yang
Ditancapkannya Di Puncak Buttu/Gunung Suso Yang Kemudian Tumbuh Subur.
(Pendapat Sadid Dan Soenoesi): Tongkat Tobondeq Adik To Papo Yang Secara
Ajaib Ditemukannya Dikampung Waras Yang Didlilit Kain Kuning Yang
Kemudian Bernama Cakkuriri Bergambar Seekor Kelajengking, Dua Bilah
Pedang Bersilang Dan Bertuliskan “Lailaha Illallah
Muhammadarrasulullah”. Dan Tongkat Dari Tangkai Pohon Cendana Itulah
Yang Beberapa Lama Setelah Ditancapkan Oleh To Bondeq Yang Tumbuh Subur.
Daeng Palullung Ditempat Itu Mendirikan Kerajaan Sendana Sekitar Abad Ke-9 Miladiyah Dengan Gelar Arayang Sendana.
Dikisahkan Bahwa Cakkuriri Itu Diambil Oleh Daeng Palulung Dibaras
Mamuju Dalam Pengembaraannya Sebelum Mengawini Tomesaraung Bulawang
Saqadawang, Berates Tahun Lamanya Menjadi Ibu Kota Kerajaan Sendana,
Mulai Dari Kerajaan Sendana Yang I Yaitu Daeng Palullung Sampai Yang Ke
Iii Yaitu Idaeng Marritu’ Yaitu Putra (Indara Putri Daeng Palullung).
Nantialah Raja Sendana IV Puatta Ipodang, Ibu Kota Kerajaan Sendana
“Diturun Pindahkan” Kepantai Ditempatkan Dipodang Sirua, Sendana
Berates-Ratus Tahun Lamanya Podang Menjadi Ibu Kota Kerajaan Sendana.
Pada Masa Pemerintahan Mappagiling Raja Sendana Yang Yang Ketiga Puluh
Enam, Dalam Tahun 1917 Miladiyah, Ibu Kota Sendana Dipindahkan Dari
Pdang Ke Somba.
Adapun Batas-Batas Kerajaan Sendana Adalah Sbb:
a. Disebelah Utaara Berbatasan Dengan Malunda (Daerah Mandar Pamboang,
Kecuali Ulu Manda; Karena Ulu Manda’ Lebih Dulu Masuk Kerajaan Sendana).
b. Sebelah Timur Berbatasan Dengan Lembang Mapi.
c. Sebelah Selatan Berbatasan Dengan Kerajaan Pamboang Dan
d. Sebelag Barat Berbatasan Dengan Selat Makassar.
STRUKTUR DAN SISTIM PEMERINTAHAN KERAJAAN SENDANA
Periode Tradisonal
Pada Waktu Cikal Bakal Kerajaan Sendana Disaqadawang, Daeng Tumana
Tomakaka Tabulahan Sudah Merintis Permukiman/Perkampungan Dan Organisasi
Kekuasaan Yang Dipimpinnya Dikenal Dengan Istilah Bawa Tau (Pemimpin
Kaum).
Dari Bawa Tau Menjadi Pappuangan. Pada Masa Daengpalulung Tomesaraung
Bulawang Menjadi “Patta Sampai Istana Raja Berdiri Disqadawang, Mulai
Saat Itu Dekenal Dengan Istilah To Memmara-Maradia Yang Akhirnya Menjadi
Maradia Dan Meningkat Menjadi Arajang.
Istilah Dan Fungsi Pappuangan Dan Puatta Masih Tetap Ada Sebagai Adat
Yang Mempunyai Tugas Pokok Badan ”Legislatif” Sekalian Mempunyai
Daerah/Penduduk Asli. Datang Pula Andirinna Dari Rante Bulahan Ke
Tallambalaodan Menjadi Maradia/Pemimpin/Penguasa Didaerah Itu Dengan
Gelar Tomakaka Talambalao.
Pada Proses Selanjutnya Gelar Tomakaka Berubah Menjadi Maradia
Tallambalao. Kemudian Suatu Waktu Berubah Menjadi Maradia Tammala Ra’da
Yang Akhirnya Menjadi Maradia Tammero’do’. Semulah Daerah Tammero’do’
Disebelah Utara Berbatasan Dengan Kerajaan Onang Dan Daerah Pdang Di
Selatan.
Pada Masa Berikutnya Dating Pulah Inuji Alias Tokera’ Tosiwawa Ada’ Dan
Bermikim Di Limboro Rambu-Rambu Menjadi Sambolangi (Panlima Perang) Di
Kerajaan Sendana. Dari Gabungan Ketiga Sumber Manusia Yang Serumpun Dari
(Pitu Ulunna Salu: Tabulahan, Rantebulahan, Aralle) Disendani Ini,
Lahirlah Daerah Kerajaan Sendana Dengan Ibu Kota Kerajaan Isaqadawang.
Struktur Hadat Dan Susunannya Di Sendana
Puttada’ Dengan Tallumbalao Ditetapkan Sebagai Daerah Pattannang Ada’.
Pattannang Ada’ Yang Menentukan Calon Pemangku Adat Diantara Semua
Lembaga Adat Yang Disebut “Sappulo Sokko Ada’ Disendana.
Pemilihan Calon Pemanku Hadat Mulai Dari Pa’bicara Tangnga Sampai Mosso,
Maka Ptta’da Yang Menjadi Jarum (Ketua) Dan Tallambalao Menjadi Banning
(Benang) Atau Anggota Dan Mulai Dari Tammero’do Sampai Tubo.
Tallambalao Menjadi Rarung (Jarum) “Ketua” Dan Putta’da Menjadi Banning
(Benangi “Anggota”
Setelah Pemangku Adat Yang Sepuluh Itu Lengkap Menuduki Jabatan
Masing-Masing, Musyawarah Adat Pun Dilakukan Memilih Maradia/Raja
Sendana Oleh Para Pemangku Adat Yang Sepuluh Itu Juga Yang
Memberhentikan Maradia/Raja. Sementara Maradia/ Raja Tidak Berwenang
Memecat/Memberhentikan Pemangku Hadat. Pemilihan Pengangkatan/Pelantikan
Raja Sendana Sama Dengan Proses Pemilihan Di Kerajaan Balanipa.
WEWENANG, FUNGSI DAN CARA MEMUNDURKAN/MEMECAT RAJA PADA PERIODE TRADISIONAL
Maradia/Raja Sendana Adalah Symbol Kekuasaan Tertinggi Dalam Struktur
Pemerintahaan Kerajaan, Dalam Menjalankan Fungsinya, Ia Tidak Otoriter,
Tidak Menjalankan Kekuasaan Mutlak. Mekanisme Roda Pemerintahan
Dijalankan Oleh Para Pa’bicara, Pappuangan Dan Perangkat Pemerintahan
Kerajaan Lainnya.
Dalam Usaha Hukum Dan Penerapannya Dalam Masyarakat Oleh Musyawarah
Adat, Juga Atas Nama Mara’dia. Gerak Kekuasaan Dipagari/Dibatasi Oleh
Adat. Karena Ia Diangkat Dan Dilantik Menjadi Raja Oleh Musyawarah Adat
Berdasarkan Hukum Adat. Dimana Raja Wajib Memilihara Dan Melindungi
Keseluruhan Adat Istiadat Yang Tumbuh Dan Berkembang Di Masyarakat.
Raja Sendana Diturungkin Dari Singgasana Melalui Musyawarah Adat,
Apabila Wilayah Dan Masyarakat Sendana Berlangsung Keadaan Yang
Digambarkan/Dikatakan Dalam Bahasa Mandar Oleh Ma’ebarang (Seorang
Budayawan Sendana A.M.Manra Dan Diterjemahkan Sekaligus Dijelaskannya
Sbb: Mua Tattisamba’mi Lembong (Bila Ombak Sudah Tidak Memecah Kepantai,
Hasil Laut Tidak Ada) Tamma Pa’dendammi Palungan (Lesung Sudah Tidak
Berdendang Lagi, Pangan Tidak Jadi/Tidak Ada) Tammetutturuku’mi Manu
(Ayam Sudah Tidak Berkokok Lagi) Tammembura’mi Mera’ (Pinang Sudah Tidak
Tak Berbunga, Buah-Buahan Tidak Jadi) Tammendaummi Ayu Pangale (Kayu
Dihutan Sudah Tak Berdaun, Terjadi Pacelik) Malanemi Buttu (Gunung Telah
Gundul, Terjadi Kemarau Panjang) Laanmi Lita’ (Tanah Sudah Lekang,
Kemarau Membuat Tanah Tak Berhasil), Amalussuammi Dui-Dui’ (Rumputpun
Sudah Layu, Kehidupan Rakyat Merana), Bullemi Bandangang (Pikullah
Tombak Pusaka), Puyiri Pasa’ Tippo (Pakai Keris Pusaka), Patili
Sallu-Sallu (Miringkan Kekiri) Destar, Anna Muambei Awiasang (Kemudian
Lakukan Adat), Odiada’ Odibiasa ( Sesuai Adat Kebiasaan).
Demikianlah Jika Keadaan Dalam Kerajaan Sudah Berlangsung Sebagaimana
Yang Dilukiskan Dalam Ungkapan Dari Kalimat Moa’ Tattisamba’mi Sampai
Amalassuammi Dui-Dui Dan Semua Anggota Adat Yang Berwenang, Lengkap
Pakaian Adat Dengan Daster Dimiringkan Kekiri Berjalan Beriringan
Teratur Didepan Istana Raja, Maka Saat Itu Raja Sudah Harus Tahu Diri,
Mengerti Apa Yang Harusnya Ia Lakukan Berikut Ini: Tidak Terlalu Lama
Berselang, Secara Pribadi Dengan Penuh Kekeluargaan, Raja Mengundang
Anggota Lembaga Hadat Yang Mengangkatnya Menjadi Raja, Beramah-Ramah Di
Istina, Ditempat Disebut Polimboang (Tempat Berkumpul Berbincang
Bermustawarah) Raja Mengatakan Kepada Tamunya Terutama Anggita Lembaga
Adat Itu Supaya Segera Ia Carikan Pengganti, Dengan Alas An Basi-Basi
“Kesehatannya Tidak Mengisinkan Lagi” Untuk Menjadi Raja, Atau Mencari
Alas An Lainnya, Tanpa Menyinggung Keadaan Yang Sebenarnya.
Kata Di Pecat” Dalam Budaya Sendana Ialah “Niwei Ewangang Malawas”
(Diberikan Senjata Panjang), Raja Yang Dijatuhi Hukuman “Niwei Ewangan
Malawas” Apa Bila Seorang Raja Melakukan Pelanggaran Moral/Akhlak.
Menurut Adat, Raja Yang Diberi Ewangan Malawas Oleh Musyawarah Adat,
Maka Sampai Tujuh Turunan Anak Cucunya Tidak Boleh Diangkat Menjadi Raja
Sendana, Namun Bagi Raja Yang Meletakkan Jabatan Bukan Karena Niwei
Ewangan Tidak Dikenakan Sumpah Tersebut.
SAPPULO ADA’ DISENDANA ADALAH SEBAGAI
1. Puatta Di Podang
2. Pappuangan Di Putta’da’
3. Maradia Talambalao (Maradia Tammero’do)
4. Maradia Limbua’
5. Pa’bicara Tangnga
6. Mara’dia Onang
7. Maradia Tubo
8. Maradia Kenje
9. Tomakaka Ulumanda’
10. Tosiwawa Ada’ Dilimboro.
Dalam Pelaksanaan Pemerintahan, Pemangku Hadatlah Memerintah Berhubungan Langsung Dengan Rakyat/Masyarakat Atas Nama Raja.
ANA BANUA
Dalam Kerajaan Sendana, Disamping Sappulo Sokko’ Ada’ Terdapat Juga
Lembaga Adat Yang Disebut Ana’ Banua. Ana’ Banua Itu Terlibat Didalam
Pemilihan Calon Pemangku Adat Didaerah Masing-Masing, Tetapi Tidak
Dilibatkan Didalam Musyawarah Adat Memilih Dan Mengangkat Raja.
Adapun Ana Banua Tersebut Ialah:
1. Mosso Dengan Maradia Mosso
2. Somba Dengan Maradi Somba
3. Awe’ Dengan Pappuangan Di Awe’
4. Paminggalan Dengan Maradia Paminggalan
5. Banua Babi Dengan Maradia Banua Mabi
6. Tolongga Dengan Pue’ Di Talongga
7. Lemo Dengan Pue’ Dilemo
8. Puttamoe’ (Awo’) Dengan Maradia Puttamue’ Kemudian Berubah Menjadi Tomanjannangngi Di Awo’
9. Buya Dengan Puatta Di Buya
10. Kulasi Dengan Puatta Di Kulasi
11. Balaggitang Dengan Pue’ Dibalanggitang
12. Salutambung Dengan Pue’ Disalutambung.
DAERAH TOTALLUMBANUA
1. Poniang
2. Tunu Ballo Berubah Menjadi Tunu Bulang
3. Karema
Totallumbanua Bertugas Menghibur Kerajaan Sendana Dan Mengusung Mayat Raja Sendana.
Adapun Yang Membantu Raja Di Urusan Pemerintahan Adalah Sejumlah Sejumlah Pejabat Kerajaan Sbb:
1. Maradia Matoa Koordinator Urusan Pemerintahan Didalam Dan Diluar Istana.
2. Maradia Malolo Coordinator Urusan Pertahanan Dan Keamanan Merangkap Panglima Perang.
3. Pa’bicara Kaiyang Coordinator Urusan Lembaga Adat
4. Pa’bicara Parattas Penasehat Raja Bidang Hokum
5. Suro’ Tannipasang Diplomat Berkuasah Penuh Di Kerajaan
6. Andongguru Joa’ Matoa
7. Andongguru Joa’ Passinapang
8. Andongguru Joa’ Pa’burasang
9. Andongguru Joa’ Pakkamu7su
Andongguru Mengkoordinasi Joa’ (Lascar/Pasukan) Dan Kesemuanya Dibawa Komando Maradia Malolo.
Dalam Ensiklopedia “Suradi Yasil” Dalam Keterangan Dari (Sadaid Dan
Soenoesi, 1984) Dijelaskan Bahwa Fungsi Raja Dan Pembantu Raja Sendana
Dalam Urusan Pemerintahan Adalah Sbb:
1. Maradia/Raja Adalah Pucuk Pimpinan/Ketua Hadat Dalam Kerajaan Sendana.
2. Maradia Matoa Adalah Wakil Maradia Dan Penangguruanna To Ada’
3. Pa’bicara Kaiyang/Sulonai Putta’da.
4. Pa’bicara Tangnga Sulonai Mosso
5. Pa’bicara Kenje Sulonai Tamajijiran Atau Tallumbanua (Poniang,
Karema, Tomibulang). Tallmbanua Ini Diawasi Oleh Tomanjannangngi Hadat
Kerajaan Sendana.
6. Suro’ Tandi Pasang, Menjelma Menjadi Parattas Bicara, Atau Pa’bicara Tappabaru, Hadat Dalam Kerajaan Sendana.
PERIODE PENJAJAHAN
Dalam Periode Ini, Sebagai Penjajah Yang Berkuasa, Belanda Telah
Mencampuri Urusan Adat Pemerintahan Dikerjakan Sendana. Golongan
Bangsawan Yang Bias Bekerja Sama Dengan Belanda Memperoleh Dan
Memanfaatkan Kesempatan.
Dibawa Pengaruh Dan Perlindungan Belanda, Mulailah Raja Mengatur Dan
Menetapkan Siapa-Siapa Yang Bisa Diangkat Menjadi Pemangku Hadat,
Walaupun Yang Bersangkutan Tidak Memenuhi Syarat/Criteria Menurut Adat
Kebiasaan Leluhur.
Lembaga Musyawarah Adat Yang Sebenarnya Masalah-Masalah Tertentu Sudah Tidak Berfunsi Lagi.
Pada Tahun 1917 Ibu Kota Kerajaan Dari Podang Dipindahkan Kesomba
Bertepatan Wafatnya Raja Sendana Rukkalaumu (Tonitatta’) Dan Digantikan
Oleh Mappagiling Memangku Tahta Kerajaan Sendana, Dan Pua’ Sopu’ Yang
Menjadi Pa’bicara Melalui Musyawarah Adat Jabatan Pa’bicara Kaiyang
Dilimpahkan Pada Putrinya Sitti Daeni, Dan Tugas Sehari-Harinya
Dijalankan Oleh Suaminya Aco’ Pua’ Pawelai, Sepupuh Mappagiling Raja
Sendana. Dimasa Itulah Kerajaan Sendana Dirubah Menjadi Lonschap
Tjnrana.
Jabatan-Jabatan Pa’bicara, Pappuangan, Pue’, Tammajannangi Dan
Sebagainya Dirubah/Diangkat Menjadi Kepala Distrik Dan Kepala Kampong.
DISTRIK DAN NAMA JABATAN DALAM PEMERINTAHAN ADALAH SBB:
1. Pa’bicara Kaiyang Menjadi Kepala Distrik Somba
2. Pa’bicara Kenje’ Menjadi Kepala Distrik Pundu
3. Pa’bicara Tangnga Menjadi Kepala Distrik Limbua
4. Maradia Tammero’do Menjadi Kepala Distrik Tammero’do
5. Maradi Aonang Menjadi Kepala Distrik Onang
6. Maradia Tubo Menjadi Kepala Distrik Tubo
7. Tomakaka Ulumanda Menjadi Distrik Ulumanda
Ammaradiang Limbua’ Dimasukkan Dalam Distrik Limbua’
Pemerintahan Adat Di Putta’da Dan Limboro Rambu-Rambu Dimasukkan Ke Distrik Lain.
Periode Kemerdekaan:
Dalam Periode Ini Struktur Wilayah Dan Istilah/Nama Jabatan Adat Tidak
Berubah, Tapi Sistim Pemerintahan Diwilayah Sendana Berubah Menjadi
Kecamatan Sendana Yang Dipimpin Oleh Camat, Sama Dengan Kecamatan
Lainnya Di Indonesia, Sesua Napas Uu.N0.29 Tahun 1959
Dalam Wilayah Kecamatan Sendana Terdapat Dua Kelurahan Dan Lainnya Desa Sbb:
1. Kelurahan Mosso Ibu Kotanya Somba
2. Kelurahan Mosso Dua Ibu Kotanya Mosso
3. Desa Puta’da Ibu Kotanya Binanga
4. Desa Sendana Ibi Kotanya Palipi
5. Desa Tammero’do Ibu Kotanya Pellattoang
6. Desa Seppong Ibu Kotanya Seppong
7. Desa Ulidang Ibu Kotanya Labuang
8. Desa Onang Ibu Kotanya Para’baya
9. Desa Tubo Ibu Kotanya Batu Roro.
C. KERAJAAN BANGGAE
Salah Satu Kerajaan Didaerah Mandar Yang Merupakan Anak
Tomayolin-Jolinna Balanipa Dan Anggota Persekutuan Pitu Ba’bana Binanga,
Wilayah Kerajaan Banggae Sekarang Ini Di Kabupaten Majene.
PEJABAT PEJABAT DALAM KERAJAAN BANGGAE
1. Mara’dia Banggae
2. Maradia Matoa (Ada Yang Berpendapat Berfungsi Setara Dengan P.M
3. Pa’bicara Malolo
4. Pa’bicara Totoli
5. Pa’bicara Pangali-Ali
6. Pa’bicara Baru
7. Tokaiyang Di Banggae
8. Tokaiyang Di Pangali-Ali
SAPPULO SOKKO DEWAN ADAT KERAJAAN BANGGAE
Pada Masa Pemerintahan Raja Banggae “Tomappeanangi Ayahanda Tomatindo Disalombo” Dewan Hadat Kerajaan Banggae Terdiri Atas:
1. Pa’bicara Banggae
2. Pa’bicara Totoli
3. Pa’bicara Baru
4. Pa’bicara Pangali-Ali
5. Tokaiyang Di Banggae (Pembantu Pa’bicara Banggae Berkedudukan Disaleppa)
6. Puang Ditalise (Pembantu Pa’bicara Totoli Berkedudukan Di Talise)
7. Tomalamber Dirangas (Pembantu Pa’bicara Baru Berkledudukan Di Rangas)
8. Lasewau Dicamba (Pembantu Pa’bicara Baru Berkedudukan Dicamba)
9. Tokaiyang Di Pangali-Ali (Pembantu Pa’bicara Pangali-Ali Berkedudukan Di Pangali-Ali
10. Tolimappongnge’ Digalung (Pembantu Pabicara Pangali-Ali Berkedudukan Dipangali-Ali
TUGAS DEWAN HADAT INI BERTUGAS
1. Membuat Undang-Undang Kerajaan
2. Memilih Dan Mengangkat Raja
3. Mengadili Setiap Perkara
4. Memberi Nasehat Kepada Raja Diminta Atau Tidak.
SEGALA SESUATU YANG RESMI/FORMAL KEPUTUSAN DEWAN HADAT DISAMPAIKAN
KEPADA RAJA BANGGAE HARUS MELALUI ANDONGGURU TOTONGAN LOA. SEDANGKAN
PERINTAH ATAU KEPUTUSAN RAJA BANGGAE DISAMPAIKAN OLEH MARADIA MATOA
KEPADA ANDONGGURU TOTONGAN LOAD AN PA’BICARA.
WILAYAH-WILAYA KEWENANGAN:
WILAYAH KEWENANGAN KEPA’BICARAAN
1. WILAYAH KEPA’BICARAAN TOTOLI, MELIPUTI: SOREANG, RANGAS, PAMBO’BORANG, MANGE DAN DETENG-DETENG.
2. WILAYAH KEPA’BICARAAN BARU, MELIPUTI: TOPPO, CAMBA, BARUGA DAN SEGERI
3. WILAYAH KEPA’BICARAAN PANGALI-ALI, MELIPUTI: BINANGA, TANJUNG BATU, PARAPPE, PANGALE, BARANE’, SALA BULO DAN GALUNG.
PEJABAT KERAJAAN LAINNYA MELIPUTI:
1. MARA’DIA MALOLO, SEBAGAI PANGLIMA ANGKATAN PERANG/PERTAHANAN
KERAJAAN, MEWAKILI RAJA DALAM URUSAN PEMERINTAHAN APABILA RAJA
BERHALANGAN.
2. BALI PAYA’, BERTUGAS MEMILIH DAN MENGANGKAT PA’BICARA.
3. SAWANNAR, BERTUGAS MEMUNGUT BEA DI PELABUHAN, BERTANGGUNG KEPADA RAJA.
4. PALLENG PASAR, MEMUNGUT SUSUN PASAR, BERTANGGUNG JAWAB LANGSUNG KEPADA RAJA.
5. PAPPUANGAN DI SALABOSE, BERTUGAS MELAKSANAKAN PEMERINTAHAN RAJA
DISALABOSE, MENYIMPAN DAN MEMELIHARA BENDA-BENDA PUSAKA KERAJAAN
BANGGAE.
D. KERAJAAN PAMBOANG
KERAJAAN PAMBOANG ADALAH SALAHSATU KERAJAAN DI DAERAH MANDAR. WILAYAH
KERAJAAN PAMBOANG, SEKARANG INI DI KABUPATEN MAJENE, TERGABUNG
DALAM PERSEKUTUAN PITU BA’BANA BINANGA DENGAN STATUS SEBAGAI ANA’
(ANAK) DALAM PENGERTIAN ANGGOTA (DALAM BAHASA LONTAR YANG DITUTURKAN
BIASA DISEBUT ‘TOWAINE’ PITU BA’BANA BINANGA’) DIA ANAK PERTEMUANNYA
PITU BA’BANA BINANGA.
PARA PEJABAT DALAM KERAJAAN PAMBOANG ADALAH:
1) MARADIA PAMBOANG
2) MARADIA MATOA (ADA YANG BERPENDAPAT SETARA DENGAN PERDANA MENTERI DAN
KETURUNAN RAJA PAMBOANG DARI PUANG SASSIGI (BUANG PUANG RESSU).
HUBUNGAN MARADIA DENGAN ANGGOTA HADAT PAMBOANG HARUS MELALUI PERANTARAAN
MARADIA MATOA.
3) PA’BICARA BONDE
4) PA’BICARA ADOLANG
5) SURO PUANG DITAWARO
6) SURO PUANG DI POLONG
7) PA’BICARA LALAMPANUA.
E. KERAJAAN MAMUJU
KERAJAAN MAMUJU ADALAH SALAH SATU KERAJAAN DI DAERAH MANDAR. WILAYAH
KERAJAAN MAMUJU SEKARANG INI DIKABUPATEN MAMUJU. ADALAH TERGABUNG DALAM
PERSEKUTUAN PITU BA’BANA BINANGA DENGAN STATUS SEBAGAI ANAK.
PARA PEJABAT DALAM KERAJAAN MAMUJU IALAH:
MARADIA MAMUJU
1) MARADIA MATOA (PERDANA MENTERI)
2) PUE BALLUNG
3) PUE TOKASIBA
4) PUE PEPA
5) PA’BICARA
6) PANGULU
F. KERAJAAN TAPPALANG
KERAJAAN TAPPALANG ADALAH SALAH SATU KERAJAAN DIDAERAH MANDAR YANG JUGA
TERGABUNG DALAM PERSEKUTUAN PITU BA’BANA BINANGA. WILAYAH KERAJAAN
TAPPALANG SEKARANG INI MASUK DIKABUPATEN MAMUJU. STATUS KERAJAAN
TAPPALANG ADALAH ANAK DARI PITU BA’BANA BINANGA.
PARA PEJABAT DALAM KERAJAAN TAPPALANG IALAH:
1) MARADIA TAPPALANG
2) MARADIA MATOA (PERDANA MENTERI)
3) PUNGGAWA PAYANGGINA
4) PUNGGAWA TAPPALANG
5) PUNGGAWA AROBUA
6) PUNGGAWA PASSABU.
G. KERAJAAN BINUANG.
ADALAH SALAH SATU KERAJAAN DIDAERAH MANDAR, WILAYAH KERAJAAN BINUANG
SEKARANG INI DIKABUPATEN POLEWALI MANDAR, TERGABUNG DALAM PERSEKUTUAN
PITU BA’BANA BINANGA DENGAN STATUS SEBAGAI ANA’ ANAK DALAM PENGERTIAN
SEBAGAI ANGGOTA.
PARA PEJABAT DALAM KERAJAAN BINUANG IALAH:
1) ARUANG BINUANG
2) ARUANG MALOLO (SEMACAM PERDANA MENTERI)
3) ARUNG MATOA
4) PA’BICARA LOTONG
5) PAPPUANGAN BULANG
6) PAPPUANGAN BINUANG
7) MATOA PAKU
CIKAL BAKAL KERAJAAN BINUANG DIMULAI DISUATU PERKAMPUNGAN REA TIMUR
SEKARANG DILERENG BUTTU PUSU, DIPEKIRAKAN SEKITAR ABAD KE-16, DIKAMPUNG
ITU LAHIR SEORANG LAKI-LAKI YANG BERNAMA TOKALEANG BERARTI (LUAR
BIASA). TOKALEANG BERTUMBUH MENJADI SEORANG LAKI-LAKI PERKASA YANG
PEMBERANI DAN SELALU MEMBELA ORANG YANG DIANGGAPNYA BENAR.
DIKISAHKAN IA PANDAI ILMU PALAK, ILMU PASTI DAN JUGA AHLI GAIB. IA
SENANTIASA BERTAPA DI BUTTU PUSU PADA SATU BATU BESAR YANG BERNAMA BUTTU
PAERAN. IA KAIWIN DENGAN SEORANG WANITA CANTIK “TOMANURUNG”. (ORANG
TURUN DARI KAYANGAN). HASIL PERKAWINANNYA ITU LAHIR DUA ORANG PUTRA
YAITU: KAKAK YANG BERNAMA TAPENGO DAN ADIK BERNAMA TAKUMBA.
SETELAH TOKALEANG UZUR, BERDASARKAN KESEPAKATAN PARA TOMAKAKA
DISEKITARNYA, TAPENGO DIANGKAT MENJADI RAJA DAN TAKUMBA WAKIL RAJA. PADA
WAKTU ITU PULA DITETAPKAN BAHWA AMASSANGAN DIJADIKAN IBU KOTA KERAJAAN.
PADA SUATU KESEMPATAN TAPENGO RAJA DI AMASSANGAN ITU MEMBANTU RAJA BONE
BERPERANG DENGAN RAJA PINEKO DINEGERI WAJO, DENGAN PENUH SIASAT YANG
TINGGI IA DAPAT MENEWASKAN PINEKO. NSETELAH TAPENGO BERPERANG DENGAN
ORANG SUPPIRANG, SEPANG, SARURA, POKKO, KUNYI, PAPPANDANGAN, MENDAPAT
BANTUAN DARI RAJA BONE DIMANA MELAKUKAN PEMBAKARAN PADA WILAYAH YANG
DISERANG TERSEBUT. SEHINGGA SEJAK ITU DIWILAYAH TERSEBUT DISEBUTKAN
KANDEAPI, DENGAN DEMIKIAN WILAYAH KERAJAAN AMESSANGAN BERTAMBAH LUAS,
SEBAGAI DAERAH TAMBAHAN ITU ANTARA LAIN DIPEROLEHNYA SEBAGAI PEMBERIAN
RAJA BONE YANG BERADA DALAM WILAYAH SAWITTO (SAMPAI KETEPI SUNGAI
BINANGA TERUS KETEKKONG) DAN ADA JUGA SEDIKIT WILAYAH KERAJAAN BALANIPA
DIPEROLEHNYA BERKAT JASA BAIK RAJA BONE MEMINTAKAN PADA SAHABATNYA RAJA
BALANIPA (MULAI DARI BULU BAWANG TERUS KEBULU TALLOE BERBATASAN DENGAN
BATU TAPANGAO)
ADAPUN APARAT PEMERINTAHAN KERAJAAN AMESSANGAN OLEH RAJA TAPENGO SBB:
1. ARUNG MALOLO, SEBAGAI PASSULLE ARAJANG (ORANG BUGIS MENYEBUTNYA
SULLEWATANG), ARUNG MALOLO BERTINDAK SEBAGAI WAKIL RAJA. APABILA RAJA
BERHALANGAN, ARUNG MALOLO HARUS SAMA DERAJAT/KADAR DARAHNYA DENGAN RAJA,
SEHINGGA ARUNG MALOLO HARUS DARI SAUDARA RAJA ATAU PUTERA RAJA YANG
SEWAKTU-WAKTU DAPAT DIANGKAT MENJADI RAJA APABILA RAJA BERHALANGAN TETAP
MENURUT ADA’MAPPURA ONRO TAMPEDDING RIGERO.
2. ARUNG MATOA RIPADANGNGE, SEBAGAI PENGHULU PERANG
3. PA’BICARA LOTONG, MENGURUS SEGALA PERKARA DALAM KERAJAAN
4. PA’BICARA BULANG, MEMBANTU PA’BICARA LOTONG MENGURUS SEGALA PERKARA DALAM KERAJAAN
5. PAPPUANGAN BINUANG, MENGURUS SEGALA PERKARA YANG TERJADI DALAM
WILAYAH ULUBATE ATAU MIRRING, BATETANGNGA ATAU PENANIAN DAN TAPPA
BATE ATAU DARA’
6. SURI BONE, PENGANTAR SURAT DARI ARAJANG BINUANG KERAJA BONE (ARUNG PONE)
7. SURO MALAPPA, PENGANTAR SURAT DARI RAJA BINUANG KEPADA PARA PEMBANTU RAJA
8. PEJABAT-PEJABAT LAINNYA YANG MENGURUS PEMERINTAHAN YANG MENGURUS PEMERINTAHAN DALAM KAMPUNG MASING-MASING.
TIGABATE KERAJAAN INI TERDIRI ATAS TIGA BATE YAITU:
ULU BATE, BATE TANGNGA, TAPPA BATE. TIAP-TIAP BATE TERBAGI DALAM BEBERAPA KAMPUNG YAITU:
1. MIRRING (ULU BATE), SESUDAH BELANDA MASUK DISEBUT DISTRIK MIRRING
2. PENANIAN (BATE TANGNGA) PADA JAMAN BELANDA MENJADI DISTRIK BINUANG
3. DARA’ (CAPPA BATE) PADA JAMAN BELANDA MENJADI DISTRIK TAKATIDING
Tidak ada komentar:
Posting Komentar